Rabu, 01 Juli 2009

MAKNA PERAYAAN HARI BESAR MAKAN CANG


MAKNA PERAYAAN HARI BESAR MAKAN CANG



· Perayaan untuk mengenang Pejabat yang jujur dan memihak pada rakyatnya.
· Saat intropeksi diri untuk bisa lebih baik ke depannya
· Berpotensi untuk wisata / event bahari.


Hari besar yang ditandai dengan makan besar dan dihidangkannya BaK Cang dan Kie Cang ini dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 Imlek atau dalam kalender nasional kali ini jatuh pada 27 Mei 2009.

Pada hari ini sebagian toko / kantor hanya buka setengah hari, karena pihak yang merayakan budaya ini memerlukan waktu untuk kumpul keluarga dan makan bersama.

Perayaan hari besar ini biasanya dirayakan dengan ritual acara mandi-mandi bersama di sungai oleh sebagian warga di Pontianak dan kemudian makan makanan khas yang disebut Bak Cang atau Kie Cang.

Ritual mandi biasanya dilakukan di sungai Kapuas pada saat jam 12.00, siang, kegiatan ini dilakukan dengan maksud buang sial atau pertanda menanggalkan semua kebiasaan jelek sehingga mulai dengan hidup dan sikap mental baru, acara ini dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota keluarga, namun ada juga yang dilakukan bersama para teman / kerabat maupun sendirian.

Acara mandi bersama ini setiap tahunya d Pontianak cukup menarik perhatian karena ramainya warga yang berenang di sungai Kapuas dengan berbagai pernak perniknya, ada yang membawa pelampung, ada yang hanya berpakaian dalam ala tarzan, sebagian menyewa sampai untuk sampai ketengah sungai dan kemudian ramai ramai menceburkan diri, sayang sampai saat ini kegiatan budaya ini belum dikelola atau dijadikan event guna menciptakan daya tarik wisata.

Skala kecil kegiatan budaya ini sudah menciptakan sumber pendapatan bagi sebagian tukang sampan yang disewa dan penjual makanan kecil yang mangkal ditepi sungai, bahhkan ada juga mulai timbulnya bisnis penyewaan pelampung buat keamanan bagi yang belum bisa berenang.

Padahal kegiatan mandi bersama ini bisa dirangkai dengan lomba / balap sampan naga dan berbagai event lainnya yang berhubungan dengan air / sungai Kapuas.

Bak Cang / Kie Cang ini merupakan pulut beserta ramuannya yang di bungkus dengan daun bambu, (di Pontianak ada yang bungkus daun pisang) dibentuk segitiga diikat dengan tali dan direbus sampai ketannya matang, makanan ini bisa tahan di smpan sampai 1 mingguan jika proses memasaknya benar.

Diperlukan keahlian untuk membungkus pulut dengan daun bambu shingga bisa berbentuk segitiga dan berukuran kurang lebih sama.

Ada dua jenis Cang yang di hidangkan saat berlangsungnya acara budaya ini, yaitu :

Bak Cang dan Kie Cang (Bak = daging, Kie = air abu, Cang = nama makanan ini / pulut yang dibungkus daun bambu ).

Bak Cang adalah jenis Jenis Cang yang asin yang berisi daging serta berbagai ramuannya Isinya adalah Ketan / pulut putih yang dicampur kacang merah / kacang tanah, daging ayam atau daging babi, kacang tanah, jamur, udang ebi dan lobak asin, jamur merang, dibumbui lada / sahang dan berbagai bumbu lainnya.

Kie cang, adalah pulut yang dimasak dengan Ki Cui (sejenis air abu) ukurannya lebih kecil dibanding dengan Bak Cang yang seukuran kepalan tangan, Kie Cang hanya berukuran bola golf, jika Bak Cang di makan langsung karena sudah berisi daing dan sayuran, maka Kie Cang dimakan bersama gula pasir atau air gula merah.

Kie Cang dan Bak Cang di bungkus dengan sejenis daun bambu yang khusus ditanam untuk keperluan ini, bahkan di supermarket dapat ditemukan daun bambu kering yang di kemas oleh pabrik dan di import dari negeri Tiongkok. (kita yang punya petani yang menaman bambu daun jenis ini belum bisa memanfaatkan potensi ini, sedangkan negara lain memanfaatkannya festiwal makan Bak Cang / Kie Cang ini dengan menjual daun bambu ini keseluruh dunia).

Sejarah makan Cang ini adalah perayaan dari pelarian seorang Pejabat yang berpegang teguh dengan nilai kejujuran, pada nilai nilai perdamaian manusia, setia pada rajkyatnya, alkisah ada seorang pejabat Negara di Tiongkok kuno yang bernama Kut Quan (Qu Yuan), yang sangat jujur dan setia pada negaranya, seluruh hidupnya diabdikan untuk membangun kemakmuran bagi masyarakatnya, hingga suatu hari terjadi peperangan / perebutan kekuasaan dan memakan banyak korban, sebagian pejabat yang korup dan mau enak sendiri memilih menyerah pada penguasa baru yang kejam dan lalim, sedangkan Kut Quang memilih pergi bersama sebagian rakyatnya dari situasi yang penuh kemunafikan dan kekejaman.

Rombongan meninggalkan kampung halaman dan mengunakan kapal menelusuri sungai dengan berbekal Bak Cang dan Kie Cang, setelah jauh dari daerah perang, pejabat dan seluruh rakyat yang ikut serta dengannya dalam pelarian itu terjun kesungai dan mandi untuk membersihkan diri dan kemudian mereka memulai perjalanan menuju tempat di mana diharapkan ada kedamaian dan kejujuran untuk membangun kehidupan masyarakatnya.


Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya

Email : andreasacui@yahoo.com

Rabu, 12 November 2008

JADILAH ORANG YANG BERUNTUNG


JADILAH ORANG YANG BERUNTUNG

Kita semua pasti kenal tokoh si Untung di komik Donal Bebek. Berlawanan dengan Donal yang selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus. Ada saja keberuntungan yang selalu menghampiri tokoh bebek yang di Amerika bernama asli Gladstone ini. Betapa enaknya hidup si Untung. Pemalas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal. Jika Untung dan Donal berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang dijalan, pastilah itu si Untung. Jika Anda juga ingin selalu beruntung seperti si Untung, dont worry, ternyata beruntung itu ada ilmunya.

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!” Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.

Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?

Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalam an baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “gut feeling”. Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, “mendengarkan intuisi” itu bagaimana? Apakah tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan.

Karena ini subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara.

Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. “Gue kok tiba2 deg-deg an ya, mau dapet rejeki kali”, semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.

Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus.

Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Sekolah Keberuntungan.

Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School.
Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat “Luck Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.

Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk termans semua.

Siap mulai menjadi si Untung?



cerita ini saya dapat dari email seorang teman, semoga bermanfaat ...
Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya
email andreasacui@yahoo.com

Senin, 10 November 2008

AKU KELAK AKAN SEPERTI AYAH

AKU KELAK AKAN SEPERTI AYAH !


Suatu hari suami saya rapat dengan beberapa rekan bisnisnya yang kebetulan mereka sudah mendekati usia 60 tahun dan dikaruniai beberapa orang cucu. Di sela-sela pembicaraan serius tentang bisnis, para kakek yang masih aktif itu sempat juga berbagi pengalaman tentang kehidupan keluarga di masa senja usia.

Suami saya yang kebetulan paling muda dan masih mempunyai anak balita, mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, dan untuk itu saya merasa berterima kasih kepada rekan-rekan bisnisnya tersebut. Mengapa? Inilah kira-kira kisah mereka.

Salah satu dari mereka kebetulan akan ke Bali untuk urusan bisnis, dan minta tolong diatur tiket kepulangannya melalui Surabaya karena akan singgah kerumah anaknya yang bekerja di sana ..

Di situlah awal pembicaraan "menyimpang" dimulai. Ia mengeluh,

"Susah anak saya ini, masak sih untuk bertemu bapaknya saja sulitnya bukan main."

"Kalau saya telepon dulu, pasti nanti dia akan berkata jangan datang sekarang karena masih banyak urusan. Lebih baik datang saja tiba-tiba, yang penting saya bisa lihat cucu."

Kemudian itu ditimpali oleh rekan yang lain.

"Kalau Anda jarang bertemu dengan anak karena beda kota, itu masih dapat dimengerti," katanya.

"Anak saya yang tinggal satu kota saja, harus pakai perjanjian segala kalau ingin bertemu."

"Saya dan istri kadang-kadang merasa begitu kesepian, karena kedua anak saya jarang berkunjung, paling-paling hanya telepon."

Ada lagi yang berbagi kesedihannya, ketika ia dan istrinya mengengok anak laki-lakinya, yang istrinya baru melahirkan di salah satu kota di Amerika.

Ketika sampai dan baru saja memasuki rumah anaknya, sang anak sudah bertanya,"Kapan Ayah dan Ibu kembali ke Indonesia?"

"Bayangkan! Kami menempuh perjalanan hampir dua hari, belum sempat istirahat sudah ditanya kapan pulang."

Apa yang digambarkan suami saya tentang mereka, adalah rasa kegetiran dan kesepian yang tengah melanda mereka di hari tua. Padahal mereka adalah para profesional yang begitu berhasil dalam kariernya.

Suami saya bertanya,

"Apakah suatu saat kita juga akan mengalami hidup seperti mereka?"
Untuk menjawab itu, saya sodorkan kepada suami saya sebuah syair lagu berjudul Cat's In the Cradle karya Harry Chapin. Beberapa cuplikan syair tersebut saya terjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia agar relevan untuk konteks Indonesia ..

Serasa kemarin ketika anakku lahir dengan penuh berkah. Aku harus siap untuknya, sehingga sibuk aku mencari nafkah sampai 'tak ingat kapan pertama kali ia belajar melangkah. Pun kapan ia belajar bicara dan mulai lucu bertingkah.

Namun aku tahu betul ia pernah berkata,

"Aku akan menjadi seperti Ayah kelak"

"Ya betul aku ingin seperti Ayah kelak"

"Ayah, jam berapa nanti pulang?"

"Aku tak tahu 'Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Ketika saat anakku ulang tahun yang kesepuluh; Ia berkata,

"Terima kasih atas hadiah bolanya Ayah, wah ... kita bisa main bola bersama. Ajari aku bagaimana cara melempar bola"

"Tentu saja 'Nak, tetapi jangan sekarang, Ayah banyak pekerjaan sekarang"

Ia hanya berkata, "Oh ...."

Ia melangkah pergi, tetapi senyumnya tidak hilang, seraya berkata, "Aku akan seperti ayahku. Ya, betul aku akan sepertinya"

"Ayah, jam berapa nanti pulang?"

"Aku tak tahu 'Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu aja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Suatu saat anakku pulang ke rumah dari kuliah; Begitu gagahnya ia, dan aku memanggilnya, "Nak, aku bangga sekali denganmu, duduklah sebentar dengan Ayah"

Dia menengok sebentar sambil tersenyum,"Ayah, yang aku perlu sekarang adalah meminjam mobil, mana kuncinya?"

"Sampai bertemu nanti Ayah, aku ada janji dengan kawan"

"Nak, jam berapa nanti pulang?"

"Aku tak tahu 'Yah, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Aku sudah lama pensiun, dan anakku sudah lama pergi dari rumah;

Suatu saat aku meneleponnya.

"Aku ingin bertemu denganmu, Nak"

Ia bilang,"Tentu saja aku senang bertemu Ayah, tetapi sekarang aku tidak ada waktu. Ayah tahu, pekerjaanku begitu menyita waktu, dan anak-anak sekarang sedang flu. Tetapi senang bisa berbicara dengan Ayah, betul aku senang mendengar suara Ayah"

Ketika ia menutup teleponnya, aku sekarang menyadari; Dia tumbuh besar persis seperti aku;

Ya betul, ternyata anakku "aku banget".

Rupanya prinsip investasi berlaku pula pada keluarga dan anak. Seorang investor yang berhasil mendapatkan return yang tinggi, adalah yang selalu peduli dan menjaga apa yang diinvestasikannya.

Saya sering melantunkan cuplikan syair tersebut dalam bahasa aslinya,
"I'm gonna be like you, Dad, you know I'm gonna be like you",

kapan saja ketika suami saya sudah mulai melampaui batas kesibukannya.

KAPAN TERAKHIR KAMU BICARA DENGAN ORANGTUAMU ?

KAPAN TERAKHIR KAMU BICARA DENGAN ORANGTUAMU ?

Suatu hari seorang teman saya pergi ke rumah orang-jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti-werdha bersama dengan teman-temannya.
Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih banyak mengenal bahwa akan lebih membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada orang-2 yang kesepian dalam hidupnya.
Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-2 tua, tiba-2 mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.
Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara.
Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya sampai akhirnya si opa menceritakan kisah hidupnya.

Si opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas panjang.
Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai.
Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang bagus.
Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi.
Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah, juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami.
Tiba-2 istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak.
Lalu sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-2 kami semua tidak ada yg mau menemani saya, karena mereka sudah mempunyai rumah yang juga besar.
Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukannya.

Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon.
Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan, kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya.
Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi yang tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya.

Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.
Tapi apa yang saya dapatkan?
Setiap hari mereka sibuk sendiri-2 dan kalaupun mereka ada dirumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya.
Semua keperluan saya pembantu yang memberi.
Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.

Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain.
Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita dalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti,
mereka menyediakan semua peralatan dari plastik dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu.
Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka.
Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua.
Tapi apa yang saya dapatkan?
Setelah beberapa lama saya tinggal disana, akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya, lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti-jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul, dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.

Sekarang sudah 2 tahun saya disini, tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya, apalagi membawakan makanan kesukaan saya.
Hilanglah semua harapan saya tentang anak-2 yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat.
Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan, padahal saya bukan orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil.
Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.

Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-2 yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat-2 yang mengasihi saya, tapi tetap saya merindukan anak-2 saya.

Sejak itu teman saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa.

Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan, apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.
Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita?

Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian?

Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya

Selasa, 04 November 2008

BERIKAN WAKTUMU PADANYA


BERIKAN WAKTUMU PADANYA

Aku mendapatkan semua email yang isinya cukup baik buat renungan kita semua, semoga bermanfaat.

Seperti biasa Jhon, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam.

Tidak seperti biasanya, Sarah, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya.

Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama."Kok, belum tidur ?" sapa Jhon sambil mencium anaknya.Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?""Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi.

Ketika Jhon beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya."Wah, pinter kamu.

Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Jhon.

Tetapi Sarah tidak beranjak.Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali bertanya,"Papa, aku boleh pinjam uang Rp.5.000,-enggak? "

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

"Tapi Papa..."Kesabaran Jhon pun habis.

"Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah.Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.Usai mandi, Jhon nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur.

Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Jhon berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah.

Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa.Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Jhon"Papa, aku enggak minta uang.

Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Jhon lembut."Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga.

Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa.

Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-.

Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.Jhon pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru.

Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya."Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya"

Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya

Senin, 27 Oktober 2008

ESENSI SUMPAH PEMUDA


ESENSI SUMPAH PEMUDA

Sumpah pemuda biasanya selalu di peringati dan dimaknai dengan janji para pemuda jaman dahulu untuk bersatu bahasa, satu negara, satu tanah air yaitu Indonesia, kita sering keliru dengan hanya menafsirkan arti harfiahnya saja tanpa dapat menangkap esensi dari sumpah pemuda itu sendiri.

kita selayaknya ingat dan menyadari bahwa saat para pemuda bersumpah mereka tidak melepaskan indentitasnya masing masing, di sebut jong java, jong selebes dan seterusnya, artinya sumpah itu di ucapkan dengan kesadaran akan identitas kedaerahannya masing masing, bahwa mereka saat itu menyadari bahwa yang ingin dicapai bukanlah menghilangkan akar budaya masing masing, melainkan dengan kekuatan indentitas daerah dan budaya masing masing para pemuda menyatukan diri dan saling mengikat dengan menyatakan tekad untuk bersatu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.

kekuatan budaya masing masing yang di jaga dan disadari dengan baik membuat para pemuda setara mewakili daerahnya masing masing, membuat para pemuda pada masa itu mempunyai indentitas untuk mewakili setiap daerah asalnya, membuat semuanya mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mengangkay sumpah sebagai pemuda dalam rangka mempersatukan Indonesia dalam kerangka NKRI.

saat itu kita sebenarnya tidak banyak yang menyadari esensi dari sumpah pemuda itu sendiri, bahwa sebenarnya sumpah pemuda itu bukan di maknai dengan mendesak orang agar mengunakan bahasa Indonesia saja, melainkan dalam arti yang luas justru kita harus mampu menjadikan NKRI ini sebagai wadah bagi berkembang dan terlindungnya berbagai budaya anak bangsa yang membentuk indentitas NKRI.

jika kita saat ini sebagai anak bangsa tidak mau belajar dari para pelaku sumpah pemuda pada masa itu dengan mulai menghargai keunikan budaya masing masing etnis termasuk bahasa daerahnya masing masing maka kita sebenarnya mengingkari sumpah pemuda itu sendiri dengan tidak mengakui ke Indonesiaan yang tercermin dalam kekayaan budaya yang unik pada setiap elemen bangsa kita.

para pelaku sumpah pemuda pada masa itu setelah melakukan ikrar sumpah pemuda dam kemudian pulang kedaerah dan rumahnya masing masing tentu tidak bicara dengan nenek atau kakeknya bahkan dengan orangtuanya atau warga sekampungnya dengan bahasa Indonesia jika memang lingkungannya masih familiar dengan bahasa daerah atau nenek kakek dan orangtuanya belum fasih berbahasa Indonesia. tentunya mereka, para pemuda pada masa itu tetap mempergunakan bahasa daerahnya masing masing.

menurut saya ensensi sumpah pemuda sudah saatnya kita praktekan mulai sekarang, marilah kita menjadi bangsa yang menyediakan tempat untuk tumbuh dan berkembangnya berbagai budaya milik kita termasuk keunikan bahasanya.

di Kalimantan Barat saja kita bisa melihat bahwa 3 puak besar disini saja mempunyai bahasa daerah yang unik dan menarik, etnik Melayu ada bahasa Melayu Pontianak, bahasa Melayu Sambas, Melayu Sanggau dll, etnik Dayak memiliki bahasa Dayak yang sangat banyak jumlahnya, berbeda dialek dan bahasa hampir pada tiap anak sungai, ada bahasa Dayak Ahe, Kanayant, Kantu, Mualang, bekati dll etnik Tionghoa berbeda bahasa dan dialeknya, ada bahasa Tio ciu, bahasa Khek Pontianak, bahasa Khek Singkawang dll.

kita tidak perlu kuatir mengenai perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Bangsa dan sebagai Bahasa Nasional, sebagai bahasa indentitas bangsa Indonesia, sebab bahasa Indonesia memang sudah menjadi kebutuhan nasional kita bersama.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang indah dan sangat baik untuk dipergunakan dalam penulisan ilmiah maupun sastra, jika dibandingkan dengan bahasa Malaysia saat ini, kita boleh bangga karena Bahasa Indonesia terbukti sangat elegan dan bagus jika dibandingkan dengan Bahasa Malaysia yang bercampur aduk dengan bahasa inggris dan terdengar anek tata bahasanya. kita patut bangga dengan kemampuan bahasa Indonesia dalam berbagai bidang, terbukti bahwa lagu lagu produk Indonesia seringkali laku keras di Malaysia jika dibandingkan lagu yang memakai bahasa Malaysia, ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia lebih indah dan mudah ditata bahkan dalam produk seni semisal lagu, novel atau puisi.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kami sekeluarga pakai dalam komunikasi sehari hari baik didalam rumah maupun di luar rumah, namun jika bicara dengan nenek dan kakek serta orang lain yang kebetulan tidak begitu fasih dalam bahasa Indonesia saya tetap mengunakan bahasa Tionghoa, karena tujuan bahasa adalah supaya suatu komunikasi dapat berjalan dua arah dengan baik, saya berbicara dengan orang bukan untuk mengajarinya bahasa Indonesia melainkan supaya mereka paham apa yang saya katakan, apa yang ingin saya sampaikan pada mereka.

saya juga fasih mengunakan bahasa Melayu Pontianak, sedikit bahasa Melayu Sambas, sedikit bahasa Dayak Ahe, Dayak Kantu dan Dayak bekati, sedikit bahasa Khek Pontianak dan bahasa Khek Singkawang, kemahiran berbahasa ini sangat membantu saya untuk lebih akrab dan mempermudah komunikasi terutama dengan orang yang sudah tua dan saat berada di daerah, saya paham betul kata bijak "bahasa adalah kunci pembuka hati"

bukankah orang bisu yang sepatah katapun tidak bisa mengucapkan bahasa Indonesia akan sangat terzalimi jika di katakan / dicap kurang berjiwa nasionalis dan tidak memiliki perasaaan berkebangsaan Indonesia hanya karena tidak bisa berbahasa Indonesia.

Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya
Calon DPD RI dari Provinsi Kalimantan Barat.
email andreasacui@yahoo.com

Jumat, 10 Oktober 2008

PILWAKO KOTA PONTIANAK

PILWAKO KOTA PONTIANAK

Ada yang bertanya kepada saya apa terjadi pada kota ini pasca Pilwako ? Menurut saya banyak pihak yang mempunyai pertanyaan yang sama, semua ingin tahu apa yang terjadi pasca Pilwako, karena ini adalah Pilwako perdana dengan sistim pemilihan langsung, one man one vote langsung dari rakyat.

Yang ada dalam pikiran saya mengapa banyak pihak yang betrtanya soal ini, apakah ini artinya banyak pihak yang meragukan kedewasaan berpolitik di Kota Pontianak ? Atau hanya meragukan kedewasaan berpolitik para kandidat ? Atau lebih sederhana saja yaitu ada kedewasaan kandidat yang di ragukan ?

Menurut saya, dinamika politik di kota Pontianak akan berjalan alamiah dan apa adanya, para pemilih yang waras akan menentukan pemimpinnya yang layak menurut kebutuhan komunitas di Kota tercinta ini.

kemampuan antar etnik di Kota ini untuk saling berinteraksi dengan baik seharusnya merupakan keniscayaan, jika berdasarkan kenyataan sejarah kita dapat hidup berdampingan sejak ratusan tahun yang lalu, lantas mengapa hari ini kita mesti kuatir bahwa jalinan yang terbentuk sekian lama akan rela kita hancurkan.

kita semua pada dasarnya menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk semua pihak, jabatan Walikota / wakil walikota tidak dapat dianggap merepresentasikan segala kebutuhan komunitas,

Siapapun Walikotanya, bagi saya sama saja, selama sang pejabat Walikota dapat berbuat maksimal untuk kemajuan kota Pontianak dan menghasilkan sinergi yang baik dengan jajarannya untuk meningkatkan kesejahteraan warga Kota ini.

apapun yang terjadi pasca Pilwako nanti hanya akan merupakan reposisi masing masing kelompok etnik untuk saling menyesuaikan.

jika kita sibuk berseteru dengan sesama penghuni kota ini, maka sama saja mengelar sebuah panggung ketidakdewasaan diri dan kelompoknya di panggung Lokal, Nasional maupun internasional.

apa yang terjadi kelak akan merupakan indikator seberapa jauh peradaban dan kebudayaan masing masing etnik yang begitu di agung agungkan berguna bagi kemajuan bangsa dalam kerangka Nasionalisme dan kecintaan terhadap Tanah dan Bangsa Indonesia.

Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya
email andreasacui@yahoo.com

2008 Oktober 7 20:34

Hapus

Rabu, 08 Oktober 2008

Ikan Hias Air Tawar Asal Kalimantan Barat (West Borneo)





Ikan Hias Air Tawar Asal Kalimantan Barat (West Borneo)

Pernah pada satu masa ketika saya berada dalam sebuah bis dalam perjalanan pulang ke Kota Pontianak dari Kabupaten Kapuas Hulu, tepatnya Putussibau, bis sederhana tanpa penyejuk udara dan jalan yang tidak mulus membuat semua penumpang tampak kusut, sebagian bahkan berdebu di ujung rambut dan bagian baju yang menghadap jendela yang terbuka.

Saya sibuk menjaga sebuah kotak kardus yang saya letakan dibawah tempat dudukku dan diapit kedua kaki, dari sela kotak kardus sudah separuhnya basah, terus menetes air yang merembes membasahi lantai bis yang berlajur lajur, kebetulan tempat dudukku ada di bagian depan disamping pintu masuk, jika diurut dari depan artinya saya duduk di urutan kedua pada deret bagian sebelah kiri.

setiap kali bis berhenti, apakah menurunkan penumpang ataupun untuk istirahat sejenak, saya bergegas mencari warung atau rumah yang menjual batu es, umumnya es diproduksi dengan kulkas di rumah tangga dalam kemasan plastik ukuran 2 Kg, satu balok es berharga Rp. 1.500 kemudian saya bergegas kembali ke Bis dan meletakan balok es tersebut di dalam kardus, dibagian atas dari sebuah kantong plastik besar yang berisi air kira kira 10 liter.

beberapa penumpang yang tertarik dengan kesibukan saya kemudian mencoba melihat apa yang terdapat dalam kantong plastik yang terdapat dalam kardus yang saya bawa, saya sudah menduga mereka pasti meyangka bahwa yang saya bawa dalam plastik ini adalah ikan Silok sebutan lokal untuk Ikan Arwana (Scleropages formosus), setelah tahu bahwa isi kantong yang saya jaga dengan berbagai kesibukan ini hanyalah berisi ikan sepat, ikan seluang dan beberapa jenis ikan kecil lainnya, umumnya mereka tertawa dan merasa aneh saja mengapa saya mau membawa ikan seperti itu ke Pontianak.

Ikan hias ini saya dapat dari hasil tangkapan penduduk yang bermukin disekitar danau Sentarum, mereka umumnya memsang bubu (alat tangkap ikan berupa ayaman dari bambu atau rotan, yang jika ikan masuk kedalam maka tidak bisa keluar lagi dan akan tertangkap dalam keadaan hidup).

IKan ikan kecil hasil tangkapan ini digunakan untuk memberi makan ikan Toman peliharaan yang terdapat dalam keramba, nah saya memilih ikan ikan yang indah warnanya dan berbentuk aneh untuk saya bawa pulang ke Pontianak sebagai isi akurium.

Sesungguhnya kekayaan perairan tawar di Bumi Borneo ini meyimpan banyak kekayaan, termasuk potensi ikan hias yang jumlahnya sangat banyak dan beragam jenisnya, entah mengapa kita tidak mampu memasarkan ikan hias ini selayaknya ikan ikan hias asal brasil yang menembus pasar ikan hias di seluruh dunia sampai ke Indonesia, hanya satu dua jenis saja andalan yang bisa kita pasarkan dengan baik yaitu ikan Silok / Arwana dan ulang uli atau Bontia.

pencemaran sungai oleh mercuri hasil petambangan liar dan bebagai cemaranisdustri serta menurunnya kualitas dan debit air akibat musnahnya hutan mempercepat hilangnya sebagaian ikan yang sebenarnya dapat menjadi potensi pemghasilan bagi penduduk di Borneo ini.

kelak kesempatan untuk menikmati indahnya ikan hias asli dari perairan lokal Kalimantan Barat bisa jadi hanya tinggal impian .....

Salam Hangat,

Andreas Acui Simanjaya
email : andreasacui@yahoo.com


TATUNG - HASIL PERJALANAN PANJANG SUATU ALKULTURASI BUDAYA






TATUNG - HASIL PERJALANAN PANJANG SUATU ALKULTURASI BUDAYA

Keberadaan Tatung di di dunia hanya terdapat di beberapa Negara, di Indonesia keberadaan Tatuung hanyabisa di saksikan di Kalimantan Barat dan Bangka Belitung walaupun dalam satu batas negara keberadaanTatung di Kalimantan Barat berbeda dalam berbagai aspek dengan Tatung yang ada di Bangka Belitung.

Tatung di Kalimantan Barat merupakan bagian dari keunikan budaya Tionghoa yang telah lama tumbuh dari hasil alkulturasi dengan budaya lainnya yang terdapat di Kalimantan Barat.

Sejauh ini kehadiran Tatung terutama pada saat Cap Goh Meh telah menjadi Ikon yang menarik bagi banyak pihak, terutama para wisatawan baik lokal maupun dari manca negara.

Saya sendiri dalam berbagai kesempatan meyaksikan penampilan Tatung selalu kehabisan tempat untuk menyimpan data dalam memori card di kamera digital yang saya pakai untuk merekam berbagai atraksi dan adegan Tatung yang menarik, setiap kali meyaksikan penampilan tatung selalu ada yang menarik untuk di abadikan.

keberadaan Tatuung menurut penjelasan yang saya dari para pelaku Tatung, ternyata keberadaan mereka hanyanya berupa media / medium atau istilah lokalnya Sarung untuk roh yang merasukinya, Roh yang merasuki bisa bermacam macam, ada yang merupakan Dewa berdasarkan mitologi Tionghoa maupun berbagai tokoh lokal yang ada di Kalbar.

Roh dipanggil melalui altar persembahan dan kemudian merasuki / masuk kedalam tubuh sang Tatung, dalam keadaan sebagai medium / sarung, sang pemilik tubuh masuk dalam keadaan trance, tubuhnya bergerak dan bersuara layaknya roh yang merasukinya, kadang kadang betbahasa yang tidak dikenalnya dalan keadaan sadar, umumnya dalam keadaan trance Tatung kebal dari rasa sakit, sehingga mampu menahan berbagai tusukan yang nembus tubuhnya, kebal di papas dengan parang tajam, menaiki tangga yang terbuat dari parang dan duduk di bangku yang terbuat dari deretan parang.

Tatung adalah satu warisan budaya yang memiliki akar panjang dalam budaya Tionghoa dan Kalimantan Barat, sarat dengan suasana mistis dan bernapaskan kasanah kekayaan budaya kuno milik para leluhur tanah Borneo ini.

salam hangat,

Andreas Acui Simanjaya
email : andreasacui@yahoo.com





Kamis, 02 Oktober 2008

MERIAM KARBIT PONTIANAK




Setiap tahun saat menjelang Idul Fitri / hari Raya Lebaran di Kota Pontianak selalu ada sesuatu yang khas yang dinantikan banyak orang termasuk saya dan keluarga.

Suasana persiapan menyambut lebaran selalu menghadirkan perasaan khusus dalam hati saya sejak kanak kanak, mulai dari suasana memasuki bulan puasa, kegiatan teman teman sepermainan menjalankan kegiatan taraweh, permainan meriam bambu yang mengunakan minyak tanah maupun karbit sebagai amunisinya, suara takbiran yang menghadirkan perasaan senang dan ceria di pagi hari pertama lebaran, ketupat lebaran dan ketidak sabaran yang mendesak jiwa untuk berkunjung kesanak keluarga terdekat yang merayakan Lebaran, memang sebagian keluarga kami merayakan Lebaran, keluarga yang wajib kami kunjungi adalah sepupunya nenek yang menikah dengan orang Tuan Tuan.

menjelang akhir bulan puasa seluruh kota sudah dapat mendengarkan dentuman Meriam Karbit yang gelegar suaranya menghadirkan satu bagian dari ciri khas berlebaran di Kota Pontianak.

Meriam Karbit terbuat dari batang kayu bulat yang di belah dan dilubangi bagian dalamnya, kemudian di tangkupkan kembali dan diikat dengan rotan supaya kuat, sepanjang sungai kapuas di Kota Pontianak, terutama di sekitar Jembatan Kapuas berjejer kelompok kelompk meriam dari kedua belah sungai, saling berhadap hadapan dan siap siap berperang ! ya ! perang !

Perang suara dan kekompakan kelompok yang memiliki meriam, setiap kelompok biasanya terdiri dari 5 meriam bahkan ada yang sampai belasan buah, diawaki 15 sampai 30 orang yang biasanya mewakili gang gang atau RT yang berada di sepanjang sungai, ada juga yang merupakan gabungan dari beberapa gang atau RT.

Tahun ini saya kembali mendatangi tempat permainan meriam di tepian sungai Kapuas, kali ini saya masuk dari Gang Kuantan, sampai di ujung Gang saya memarkirkan motor dan berjalan kaki di gertak (jembatan) kayu menuju tempat permaian Meriam Karbit berlangsung.

Tahun ini suasananya berbeda, ada meriam yang di cat merah dan diberi logo PDI Perjuangan, ada lagi berwarma biru muda kombinasi merah berlambang partai Barnas (Barisan Nasional), maklum dalam era banyak partai maka semua kesempatan di manfaatkan partai yang jeli untuk mencari simpati dan dukungan.

"Bang numpang nonton meriam ya " sapaku pada kelompok anak muda yang berkumpul di jejeran meriam yang ada, "Sile jak Bang" sambutan hangatpun datang dalam dialek Melayu Pontianak, akupun larut dalam suasana berbincang berbagai hal seputar Meriam ini, berapa banyak karbit, berapa banyak air dan cara menyulut meriamnya.

beberapa orang mengisi air 1 ember dan memasukan gumpalan karbit yang mirip batu kedalam lubang meriam, kemudian menutup lubang meriam dengan koran basah supaya uap karbit yang terbentuk tidak lari terbawa angin, sejenak menunggu Meriam karbit siap di ledakan ...

"Ayo Pak, silakan kalau mao cobe meriam ini" ajakan pemuda tersebut dilakukan sambil menyodorkan obor kecil yang menyala kepada saya, sejenak saya ragu karena tak enak kalo sampai menganggu keasyikan mereka bermain meriam, disisi lain saya juga cukup kuatir dengan efek bunyi yang bakal terjadi.

"tak ape Pak, tadak bahaye, kalau bahaye udah banyak dah korban di sinek ...." sekali lagi anggota pemuda ini meyakinkan saya.

dengan rasa bangga saya menerima uluran obor ini dan bersiap siap berdiri di samping meriam yang akan saya sulut, disebelah saya juga ada beberapa anak muda berdiri dengan obornya masing masing, jumlah meriam yang ada dikelompok ini sekitar 12 buah, tetapi yang saat ini diisi karbit sekitar 5 buah.

tutup koran basah di lubang penyulut di buka dan seorang pemuda di samping kiri saya menyulutkan obornya sejurus kemudian "DEBUUUUM !!!!" suara meriam mengelegar membuat telinga ini berdenging, kemudian terdengar derak suara pantulannya dari seberang sungai, efek suaranya memang lebih keras di seberang sana yang dihadapi dengan moncong meriam karbit ini.

"cucul pak ..." seru seseorang kepadaku agar tidak kehilangan momentum dalam rangkaian bunyi meriam yang kami mainkan ini, Aku menyulutkan api kelubang kecil di batang kayu disampingku, bunga api merah keluar dari lubang itu dan ledakan keras terdengar, sejenak badanku terhenyak dan obor penjulut meriampun terlempar kebelakang, jatuh kedalam sungai Kapuas ....

"maaf maaf .... sampai jatok nih apinya .." aku merasa tak enak karena telah menjatuhkan obor tersebut ... "tak ape pak, maseh banyak bah ..." sambutan hangat dan suasana bersahabat ini melekat di hatiku, senang karena di terima baik dalam komunitas ini padahal baru sejenak saja saya hadir dalam kelompok ini.

sejurus kemudian saya ajak foto bersama dan saya permisi karena hari sudah menjelang malam, sudah jam 7.15 tidak terasa sudah 1 jam lebih saya di sini ...

Aku berencana akan kembali lagi esok dengan anak anakku agar ada juga pengalaman buat mereka ...

beberapa hari lagi meriam meriam ini akan di tengelamkan didalam sungai kapuas, agar kayunya awet dan tahun depan bisa dipakai lagi, maklum mencari kayu log sebesar pelukan orang dewasa bukan lagi perkara mudah di Kalimantan Barat ini, hutan kita sudah habis ....

Meriam Karbit ini merupakan salah satu daya tarik saat berlebaran di Kota Pontianak, kelak akan lebih menarik lagi jika disokong pemerintah dalam rangka meningkatkan parawisata ....

salam hangat,

Andreas Acui Simanjaya
email andreasacui@yahoo.com